Sabtu, 16 April 2016

Six Sigma dan Total Quality Management


Six Sigma


Six Sigma 
ialah suatu metodologi bisnis yang bertujuan untuk dapat meningkatkan nilai-nilai kapabilitas dari suatu aktivitas proses bisnis. Secara bahasa pengertiann Six Sigma adalah sebagai berikut :
> Six yang artinya adalah enam
> Sigma yang merupakan simbul dari standar deviasi, dan biasa dilambangkan dengan (σ).
Six Sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk memperbaiki proses yang difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses (process variances) sekaligus mengurangi cacat (produk atau jasa yang diluar spesifikasi) dengan menggunakan statistik dan problem solving tools secara intensif. Tujuan Six Sigma adalah untuk meningkatkan kinerja bisnis dengan mengurangi berbagai variasi proses yang merugikan, mereduksi kegagalan-kegagalan produk/proses, menekankan cacat-cacat produk, meningkat keuntungan, mendongkrak moral personil/karyawan, dan meningkatkan kualitas produk pada tingkat yang maksimal.

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Six Sigma ialah:

1.      Six Sigma jauh lebih rinci daripada metode analisis berdasarkan statistik. Six Sigma dapat diterapkan di bidang usaha apa saja mulai dari perencanaan strategi sampai operasional hingga pelayanan pelanggan dan maksimalisasi motivasi atas usaha.
2.       Six Sigma sangat berpotensi diterapkan pada bidang jasa atau non manufaktur disamping lingkungan teknikal, misalnya seperti bidang manajemen, keuangan, pelayanan pelanggan, pemasaran, logistik, teknologi informasi dan sebagainya.
3.      Dengan Six Sigma dapat dipahami sistem dan variabel mana yang dapat dimonitor dan direspon balik dengan cepat.
4.      Six Sigma sifatnya tidak statis. Bila kebutuhan pelanggan berubah, kinerja sigma akan berubah.

        Kekurangan Six sigma :
1     1.      Hanya dapat menganalisa data data berupa kuantitatif, sedangkan data yang berupa kualitatif harusnya diubah menjadi data berupa kuantitatif
2     2.   Tidak cocok untuk digunakan berinovasi
3     3.      Mempermasalahkan dalam proses serta biaya dan sedangkan suatu inovasi membutuhkan sesuatu yang baru dan memerlukan banyak biaya

Secara harfiah, Six Sigma (6σ) adalah suatu besaran yang bisa kita terjemahkan secara gampang sebagai sebuah proses yang memiliki kemungkinan cacat (defects opportunity) sebanyak 3.4 buah dalam satu juta produk/jasa. 
Dalam penerapannya secara global, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan agar dapat mencapai target pengendalian dan peningkatan kualitas dengan Six Sigma. Secara umum tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut :
1           A.      Define
Tahap ini merupakan langkah operasional pertama dalam program peningkatan kualitas Six Sigma. Adapun  yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Pemilihan proyek terbaik berdasarkan pada identifikasi proyek yang sesuai dengan kebutuhan, kapabilitas, dan tujuan perusahaan.
2) Mendefinisikan peran orang-orang yang terlibat dalam proyek Six Sigma.
3) Mendefinisikan proses kunci dan pelanggan.
2
             B.      Measure
Merupakan langkah operasional kedua dalam program peningkatan kualitas Six Sigma yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengukuran utama dari efektivitas dan efisiensi dan menerjemahkannya kedalam konsep Six Sigma. Terdapat tiga hal pokok yang harus dilakukan, yaitu:
1) Menetapkan karakteristik kualitas kunci (CTQ). Dalam malaksanakan pengukuran karakteristik kualitas harus memperhatikan aspek internal dan aspek eksternal dari organisasi. Asperk internal dapat berupa tingkat kecacatan produk, biaya-biaya karena kualitas jelek (Cost of poor quality/COPQ) seperti rework. Sedangkan aspek eksternal dapat berupa kepuasan pelanggan, pangsa pasar, dll.
2) Mengembangkan suatu rencana pengumpulan data melalui pengukuran yang dapat dilakukan pada tingkat proses, output, dan/atau outcome (data atribut, data variabel)
3) Mengukur kinerja sekarang (current performance) pada tingkat proses, output, dan/atau outcome untuk ditetapkan sebagai baseline kinerja pada awal proyek Six Sigma (DPMO, seven tools : control chart).
3      
         C.  Analyze
Analyze merupakan langkah operasional ketiga dalam peningkatan kualitas Six Sigma. Tahap ini meliputi:
1        1.)      Menentukan stabilitas dan kapabilitas proses
        Pada analisis kapabilitas proses yang menggunakan data variable dimana memiliki data continue dan datanya diperoleh sebagai hasil pengukuran.
2        2.)      Mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab kecacatan atau kegagalan
         Dalam proyek Six Sigma dibutuhkan identifikasi masalah secara tepat, menemukan sumber akar penyebab dari suatu masalah kualitas dan mengajukan ssolusi masalah yang efektif dan efisien. Sedangkan untuk mendapatkan akar penyebab dari suatu masalah, diperlukan prinsip yang berkaitan dengan hukum sebab akibat.
4      
          D.      Improve
Pada tahap ini dirancang solusi dalam melakukan pengendalian dan peningkatan kualitas dengan Six Sigma pada layanan yang paling kritis itu berupa usulan perbaikan kualitas bagi setiap CTQ potensial sehingga diharapkan dapat meningkatkan performansi kualitas layanan tersebut dengan meningkatnya nilai DPMO dan tingkat kapabilitas Sigma.
Improve merupakan fase meningkatkan  proses (x) dan menghilangkan sebab-sebab cacat. Pada fase sebelumnya yaaitu, fase measure kita telah menetapkan variable faktor (x) untuk masing-masing variable respon (y). Dan pada fase ini, kita memilih strategi peningkatan variable faktor.

E.       Control
Merupakan tahap operasional terakhir dalam pengendalian dan peningkatan kualitas dengan Six Sigma. Pada tahap ini akan dibuat lembar control yang digunakan untuk mengendalikan proses atau layanan pada saat implementasi sehingga dapat tercapai target Six Sigma. Hasil-hasil implementasi tersebut didokumentasikan dan disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang sukses dalam peningkatan performansi kualitas layanan distandardisasikan dan disebarluaskan, prosedur-prosedur didokumentasikan dan dijadikan pedoman standar kerja. Selanjutnya pengendalian dan peningkatan kualitas dengan Six Sigma pada layanan atau proses lain ditetapkan sebagai layanan atau proses baru yang harus ditingkatkan melalui siklus DMAIC. Melalui cara ini maka akan terjadi peningkatan kualitas yang terintegrasi, pembelajaran, dan sharing atau transfer pengetahuan-pengetahuan baru dalam organisasi.






Total Quality Management(TQM)


Total Quality Management  merupakan suatu sistem managemen modern yang berusaha memperbaiki kualitas dengan mengikuti arus perkembangan zaman yang berefek terhadap perubahan. Dasar dari TQM sangatlah sederhana, yaitu mencari cara terbaik agar dapat bersaing terdepan dalam persaingan global dengan mengeluarkan kualitas yang terbaik. Oleh karena itu, Total Quality Management (TQM) merupakan sebuah teori ilmu manajemen yang menuntut seorang yang tergabung didalam perusahaan atau organisasi untuk melakukan gugus kendali mutu secara continue dan tertuju pada pencapaian kepuasan konsumen atau pelanggan.

Kelebihan dan Kelemahan Total Quality Management:
1.    Kelebihan
TQM tidak mempercayakan semata-mata pada perintah atasan yang memerintah, jaringan  dikembangkan secara multi-channel dan interaktip melalui suatu organisasi. Oleh  karena  itu,  TQM  adalah  penting  untuk  menetapkan  mata  rantai  kerjasama  di dalam  organisasi.  Transformational  Perubahan  terjadi  hanya  ketika  isu  yang  sulit, seperti anggaran, pabrikasi, pemasaran, distribusi dan seterusnya dicampur dengan isu yang  sederhana  seperti  nilai-nilai,  kultur,  visi,  gaya  kepemimpinan,  perilaku  inovatif dan seterusnya.

2.    Kelemahan TQM adalah:
·         Kualitas sering merupakan aktivitas sampingan, terpisah dari isu kunci dari strategi usaha dan kinerja.
·         Pada banyak organisasi, kualitas dirasakan bersifat temporer dan apabila pemimpin yang memprakarsainya meninggalkan perusahaan, kualitas kemudian diabaikan.
·         Kebingungan terhadap TQM berasal dari kata kualitas itu sendiri.kata kualitas mempunyai banyak arti, tergantung dari bagaimana kita memandangnya.
·         Banyak perusahaan yang membuat kualitas lebih kabur atau tida jelas dengan menetapkan tujuan yang tampak positif tanpa memilki cara untuk memonitor kemajuan pencapaian tujuan tersebut.
·         TQM merupakan aktivitas yang bersifat hanya di dalam departemen-departemen di banyak perusahaan.
·         TQM mengajarkan incremental atau perkembangan yang sedikit (small improvement), bukan perkembangan secara radikal (radical improvement) sehingga banyak pemimpin korporat tidak sabar setelah munculnya konsep reengineering.

Didalam TQM, terdapat 8 elemen yang harus diterapkan agar suatu orgaisasi sukses. 8 elemen tersebut ialah :
a.      Etika
b.      Integritas (kejujuran)
c.       Kepercayaan
d.      Pelatihan (training)
e.      Kerja tim (team work)
f.        Kepemimpinan (leadership)
g.      Penghargaan (recognition)
h.      Komunikasi

0 komentar:

Posting Komentar

 

Maghfira Maulani Template by Ipietoon Cute Blog Design