Jumat, 31 Oktober 2014

Konsep Soft Skill


SOFT SKILL
Wikipedia memaparkan bahwa soft skills merupakan istilah sosiologis yang merujuk pada sekumpulan karakteristik kepribadian, daya tarik sosial, kemampuan berbahasa, kebiasaan pribadi, kepekaan/kepedulian, serta optimisme. Soft skills ini melengkapi hard skills- yang bisa dikatakan juga sebagai persyaratan teknis dari suatu pekerjaan. Soft skills tersebut mencakup (a) kualitas pribadi - misalnya tanggung jawab, kepercayaan diri, kemampuan bersosialisasi, manajemen (pengendalian) diri, dan integritas atau kejujuran; dan (b) ketrampilan interpersonal, misalnya berpartisipasi sebagai anggota kelompok, mengajar (berbagi pengetahuan) ke orang lain, melayani pelanggan, kepemimpinan, kemampuan negosiasi, dan bisa bekerja dalam keragaman. pentingnya soft skill. jika seseorang mempunyai karakteristik atau sifat seperti itu maka pastilah orang tersebut mempunyai daya saing.

13 KETERAMPILAN SOFT SKILL
• Ketrampilan berkomunikasi yang efektif
• Inovasi dan kreativitas
• Berpikir analitis
• Fleksibilitas
• Kesiapan untuk berubah
• Memiliki sikap dan nilai-nilai yg benar
• Ketrampilan interpersonnal
• Ketrampilan negosiasi
• Ketrampilan persuasi
• Ketrampilan mengatur waktu
• Kemampuan memecahkan masalah
• Kemampuan beradaptasi
• Kemampuan memimpin dan membangun tim


PENTINGNYA SOFT SKILL BAGI MAHASISWA
pengembangan softskills di perguruan tinggi memang harus dilakukan secara integratif dan menyeluruh. Pengembangan softskills tidak hanya sekedar memberikan pelatihan atau kursus softskills, misalnya kursus kepribadian atau teknik komunikasi saja. Sebuah perguruan tinggi idealnya mengembangkan softskill mahasiswa.

permasalahan klasik yang sering terdengar adalah keluhan bahwa lulusan perguruan tinggi ternyata tidak memenuhi kualifikasi yang diharapkan oleh dunia pekerjaan. Keluhannya adalah bahwa lulusan perguruan tinggi umumya memiliki karakteristik sebagai berikut :kurang tangguh, tidak jujur, cepat bosan, tidak bisa bekerja teamwork, minim kemampuan berkomunikasi lisan dan menulis laporan dengan baik .


2 JENIS SOFT SKILL
Soft skill dibagi dalam interpersonal skill dan intrapersonal skill Intrapersonal skill mesti dibenahi dulu sebelum interpersonal skill(Aribowo,2005) Intrapersonal skill adalah ketrampilan berhub dengan diri dan mengatur diri Interpersonal skill adalah ketrampilan berhub dengan orang lain.

a. Ketrampilan Intrapersonal
• Transforming charakter
• Transforming belief
• Change management
• Stress management
• Time management
• Creative tinking processes
• Goal setting & life purpose
• Acceleratedlearning purpose

b. Ketrampilan Interpersonal
• Skill
• Relationship building
• Motivation skill
• Leadership skill
• Self marketing skill
• Negotiation skill
• Presentation skillpresentation speech skill.

ATRIBUT SOFT SKILL
Ada 23 stribut soft skill yang dominant yaitu :inisiatif, etika,berpikir kritis, kemauan belajar,komitmen, motivasi,bersemangat,dapat diandalkan, komunikasi lisan,kreatif,kemampuan analitis,dapat mengatasi stress,manajemen diri, menyelesaikan persoalan, berkoorporasi, fleksibel, kerja dalam tim, mandiri, mendengarkan, tangguh, berargumentasi logis, manajemen waktu (penelitian di berbagai negara AS, Kanada, Ingris.

3. KETERKAITAN SOFT SKILL dan HARD SKILL TERHADAP DUNIA KERJA dan
TERHADAP DUNIA KULIAH :



TERHADAP DUNIA KULIAH :

Mahasiswa harus sadar sepenuhnya, antara kegiatan dengan akademik haruslah sinergis. Hardskill berkenaan dengan keilmuan dan softskill kemahasiswaan yakni instrumen atau atribut yang bisa memaksimalkan potensi-potensi, yakni bagaimana memimpin, bagaimana dipimpin, dan bagaimana bekerja sama. Selain itu mempunyai keuletan, mempunyai tanggung jawab, dan kejujuran. “Ketika softskill dan hardskill menyatu bisa melahirkan insan-insan yang cerdas dan kompetitif. Ini merupakan visi Kemendikbud,” ujar Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan (PR III) Prof Masrukhi saat safari Bidang Kemahasiswaan yang dipusatkan di gedung pertemuan serba guna FIK kampus Sekaran, Jumat (24/2).

Prof Masrukhi mengatakan, berbagai hal yang dihadapi Bidang kemahasiswaan Universitas Negeri Semarang (Unnes) lebih kompleks daripada Bidang Akademik. “Asalkan aturan di Bidang Akademik tegas dan disosialisasikan merata, maka selesailah,” katanya pada kegiatan yang dihadiri puluhan pejabat dari fakultas di lingkungan Unnes itu. Hadir dalam kesempatan itu Dekan, Pembantu Dekan, Ketua Jurusan, Sekretaris Jurusan, Ketua Laboratorium, Ketua Program Studi, Pendamping Badan Eksekutif, Kepala Bagian Tata Usaha, dan Kepala Subbagian. Selain safari di FIK dan FT, PR III juga safari di FIP, FIS FMIPA, FE, dan FH. Dalam waktu dekat juga akan safari di Fakultas Bahasa dan Seni.

Dari moral hingga prestasi “di bidang kemahasiswaan kita menangani persoalan-persoalan yang terkait dengan pelanggaran aturan, pelanggaran moral, sampai kepada bagaimana kita ini membawa anak-anak bisa berprestasi,” kata PR III. Prof Masrukhi mencontohkan, misalnya ada mahasiswa yang berurusan dengan kepolisian yang diminta pertanggungjawaban pertama kali pastilah bagian kemahasiswaan. “Maka dari itu, mari anak-anak kita ini dekati secara komprehensif,” paparnya. Masrukhi mengatakan, menurut penelitian Daniel Goleman, seorang psikolog dari Amerika, ternyata softskill memberi kontribusi besar terhadap pekembangan manusia, yakni 80% dalam mengantarkan seseorang mencapai kesuksesan.

Maka, dia mengatakan, di Bidang Kemahasiswaan ruang lingkup pembinaannya meliputi olah Pikir (intellectual development) yang bermuara pada pengelolaan intelektual (cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikirterbuka, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif). Selain itu juga olah hati (Spiritual and emotional development) bermuara pada pengelolaan spiritual dan emosional (beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik).

Hal ketiga adalah olah rasa dan karsa (Affective and Creativity development) bermuara pada pengelolaan kreativitas (ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolit , mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja). Hal terakhir, menurut Masrukhi adalah olah raga (Physical) yang bermuara pada pengelolaan fisik (bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih).

TERHADAP DUNIA KERJA :

Di dalam persaingan seperti sekarang, kebutuhan akan tenaga kerja yang memiliki profesionalisme dan manajerial skill yang berbasis kemampuan sudah merupakan tuntutan. Terlebih di dunia kerja sekarang banyak dipengaruhi perubahan pasar, ekonomi dan teknologi. Tenaga kerja yang memiliki kecerdasan emosional (Emotional Quatient) sangat mendukung pemenuhan kebutuhan tersebut disamping kecerdasan intelektual. Berdasar hasil survey Nasional Assosiation of Colleges and Employers USA (2002) terhadap 457 pimpinan perusahaan menyatakan bahwa Indeks Kumulatif Prestasi (IPK) bukanlah hal yang dianggap penting dalam dunia kerja. Yang jauh lebih penting adalah sotfskill antara lain kemampuan komunikasi, kejujuran, kerjasama, motivasi, kemampuan beradaptasi dan kemampuan interpersonal dengan orientasi nilai pada kinerja yang efektif.

Kemampuan softskill diatas, sebetulnya masuk dalam kecerdasan emosional yang menurut definisi adalah Kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, Kemampuan memotivasi diri, Kemampuan mengendalikan diri/ mengelola emosi pada diri sendiri dalam hubungan dengan orang lain (Daniel Goleman). Ada lima kecedasan emosial yang dibutuhkan didunia kerja sekarang ini, yaitu :
Kesadaran Emosional , yang meliputi kedewasaan emosi dalam pengambilan keputusan yang win-win solution.
Pengelolaan Emosional (pengedalian diri) yang meliputi kemampuan kepekaan, sabar dan tabah dalam menjalankan tugas.
Motiovasi Diri, yang meliputi kemampuan berpikir positif, ulet dan pantang menyerah
Empati pada Sesama ; yang meliputi kemampuan memahami, merasakan, peduli, hangat, akrab dan kekeluargaan
Ketrampilan Sosial , yang meliputi kemampuan bermusyawarah, bekerjasama, kepentingan umum/tim)
Di sisi lain secara teori, di dalam dunia kerja, ada 3 (tiga) unsur utama yang harus dipenuhi agar seseorang dikatakan memiliki kompetensi yang meliputi kompetensi knowledge atau cognitive domain, skill atau psychomotor domain, serta attitude atau affective domain.(Jayagopan Ramasamy, Malaysia 2006). Dalam teori tersebut dikatakan bahwa kompetensi tersebut harus bisa diukur (measurable), dinilai, ditunjukkan (demonstrable) dan diamati (observable) melalui perilaku pada saat melaksanakan tugas. Sasaran akhir dari kompetensi adalah perilaku yang diharapkan (desired behaviour) dan perlu ditunjukkan dalam melaksanakan tugas. kompetensi yang berkaitan langsung dengan bidang kerja.

Selain itu menurut Spencer & specer ada 2 (dua) kompetensi yang berkaitan dengan bidang kerja, yakni Generic competencies, merujuk pada kompetensi yang perlu ada pada semua pegawai mengarah ke softskills, sikap mental dalam bekerja dan Functional competencies, merujuk pada kompetensi khusus yang diperlukan bagi suatu fungsi atau pekerjaan tertentu mengarah ke hardskills dan kemampuan teknis. Sedangkan di lapangan, kompetensi tersebut terbagi atas kebutuhan kemampuan Knowledge: diukur melalui ujian penilaian yang dilaksanakan oleh pihak berwenang, Skill : diukur dengan mengikutsertakan ke dalam pelatihan-pelatihan tertentu dan Attitude: diukur secara lebih subjektif melalui penilaian terhadap perilaku yang ditunjukkan dalam melaksanakan tugas. Knowledge (melalui pendidikan), Skill (melalui pelatihan) dan Attitude yg harus dimiliki oleh tenaga kerja disesuaikan dengan kebutuhan dunia usaha/dunia kerja dengan menggunakan konsep Link and Match.

Sedangkan ketrampilan softskill tenaga kerja, dalam perkembangannya banyak disumbang oleh karakter pribadi yang berasal dari didikan lingkungan keluarga (pola asuh), tradisi dan pengaruh lingkungan sekolah (sosial). Di beberapa perusahaan, ketrampilan softskill yang dibutuhkan meliputi leadership, kreativitas, kominukasi, kejujuran dan fleksibel. Memang dalam prakteknya ketrampilan softskill dapat dilatih dan disiapkan, namun menurut pengalaman dari PT Charoen Pokphand Indonesia misalnya, perubahan-perubahan dalam organisasi termasuk budaya organisasi juga dapat menyumbang terhadap peningkatan softskill tenaga kerja. 
Pembinaan softskill yang baik, menurut pengalaman PT. Charoen dengan komunikasi asertif, yaitu komunikasi yang berdasar keterbukaan, jujur, tegas, langsung dan dengan cara yang sopan.Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla. (HR. Ahmad)

Keterkaitan Antara Softskill dan Hardskill :

Bukan hanya di lingkungan akademisi kita di tuntut untuk mengembangkan sofkill kita, sebelum nantinya kita siap untuk memasuki dunia nyata (real word) tapi pengasahahan sofkill juga di dalam agama kita di suruh untuk mengasahnya keterampilan menjadi seorang yang profesional dan ahli di bidang yang digeluti.

Hadis di atas menegaskan kita untuk membangun sebuah kemapuan baik itu Hardskill maupun Sofkill. Sukses meraih cita-cita dan karir di masa depan tidak hanya ditentukan oleh hardskill, seperti tingginya nilai indeks prestasi (IP), penguasaan teori serta terampil dalam mengoperasikan peralatan laboratorium dan perangkat berteknologi tinggi. Ada banyak cerita dari orang-orang yang tidak memiliki IP yang tinggi meraih sukses dalam kehidupannya, karena mereka mengandalkan pertumbuhan softskill.

Istilah softskill memang tergolong baru terdengar, tetapi softskill merupakan kemampuan-kemampuan dasar yang perlu ditumbuhkan dalam diri Anda, agar Anda dapat memotivasi diri dan orang lain, bertanggung jawab, membangun relasi, berkomunikasi, negosiasi, beradaptasi dengan lingkungan, berkreasi, berinovasi dan berwirausaha, memimpin, membangun kerjasama, mengelola sumber daya dan lain sebagainya.

Sumber Referensi : 

http://id.shvoong.com/how-to/careers/2176886-menyeimbangkan-hard-skills-dan-soft/#ixzz1por7WPX9
Wartawarga.gunadarma.ac.id/perbedaan-softskill-hardskill.
Madaras (2011) “Keterampilan”. PT : Gramedia. Jakartas
http://azariahkartika-azariahkartika.blogspot.com/2012/03/berhubungan-soft-skill-dan-hard-skill.html

0 komentar:

Posting Komentar

 

Maghfira Maulani Template by Ipietoon Cute Blog Design